Kaum Pelangi, Yang Berwujud Manusia Akibat Perkembangan Zaman Dan Teknologi

Pekanbaru, Suaralangitnews – Diera serba kemajuan sekarang ini, kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah pelangi ini. Apalagi yang sedang maraknya di Riau dan berita hangat pada saat Piala dunia tahun kemarin. Ya, istilah pelangi ini kerap menjadi salah satu istilah yang hangat diperbincangkan dikalangan masyarakat hingga saat ini. Tetapi sebelum itu, kalian harus paham dulu apa itu pelangi? Jadi pelangi yang dimaksud disini adalah symbol dari LGBT (Lesbian, Gay, Bisexsual, Transgender).

LGBT sendiri merupakan orientasi seksual ataupun identitas gender seseorang. Tapi perlu dipahami orientasi seksual dan identitas gender ini adalah dua hal yang berbeda. Orientasi Seksual itu lebih merusuk pada keterkaitan seseorang secara seksual, emosional, romantic pada individu yang memiliki kesamaan jenis kelamin, sedangkan Identitas Gender itu lebih merujuk perasaan internal yang mendeskripsikan dan mengekskripsikan dirinya sebagai perenpuan, laki-laki, non-birani, dan lain lainnya.

Lantas, siapa yang menciptakan pelangi sebagai symbol LGBT? Jadi, symbol dari bendera pelangi diciptakan oleh Gilber Barker pada tahun 1978 dan dirancang atas permintaan Harvey Milk.

Harvey Milk ini adalah politisi gay Amerika Serikat pertama yang terpilih untuk menempati jabatan pukbik di California. Alasannya memilih pelangi karena dirasanya tepat sebagai simbol LGBT serta terinspirasi dari bendera Amerika Serikat yang menggunakan pola garis-garis. Meurutnya hal tersebut memiliki makna yang dalam dan inklusif bagi komunitas LGBT.

Tidak dapat dipungkiri LGBT saat ini merajalela terutama saat ini di Riau. Kita bisa menemukan ini di lingkungan sekitar kita, disosial media, bahkan tidak sedikit dari mereka yang memang sudah berdamai dengan dirinya sendiri dan mengakui dirinya bagian dari kaum LGBT ke publik.

Bahkan diketahui dari berita bahwa ketua LGBT ini berasal dari Riau. Hal ini sangat memalukan bagi masyarakat Riau yang dikenal cukup agamis.

Jika kita lihat data yang dikeluarkan oleh Dinkes Provinsi Riau, hingga bulan Oktober 2022 telah ditemukan sekitar 8.034 orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Dimana 3.711 diantaranya sudah dalam stadium AIDS.

Maraknya kasus LGBT saat ini terutama di Riau salah satu akibatnya itu karena perkembangan teknologi. Dengan berkembangnya teknologi yang semakin pesat, ini juga berperan besar dalam menyuburkan perilaku LGBT. Salah satu problematika yang terjadi sebagai akibat perkembangan media sosial yakni maraknya konten pornografi.
Konten-konten yang berbau pornografi diberbagai media sosial maupun media cetak, tayangan televisi dan internet yang memicu keinginan anak atau seseorang untuk mencoba atau menirunya.

Perkembangan teknologi internet dan media sosial ini seperti sebuah pisau. Apabila media sosial digunakan untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat, maka bisa memperbanyak literasi dan memperluas hubungan sosial melalui media sosial dan internet. Namun sebaliknya apabila digunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif seperti mengakses situs-situs pornografi, bergabung dalam grub-grub LGBT dan penyebaran propaganda LGBT maka akan banyak terjadi perilaku-perilaku yang tidak baik terutama yang lagi marak saat ini yaitu LGBT.

Kebanyakan kaum LGBT merasa diir mereka itu berbeda dan tidak normal seperti kebanyakan orang. Perasaan tidak terima dan perasaan berbeda dapat menyebabkan orientasi seksual pada kaum LGBT semakin menetap.

Sebagai bentuk kompensasi dari penolakan dan perasaan berbeda tersebut, kaum LGBT akhirnya membuat komunitas-komunitas LGBT yang banyak dimulai dari media sosial. Keberadaan komunitas serta grup-grup yang mewadahin LGBT ini menjadi tempat yang nyaman bagi mereka kaum LGBT. Mereka merasa diterima dalam komunitasnya dan tidak merasa mendapatkan intimidasi maupun stigma negatif.

Nah hal itu lah salah satu penyebab banyaknya komunitas-komunitas LGBT dan grup-grup penyuka sesama jenis.

Penulis : Hafizaturrahma

Pos terkait