Pekanbaru, SuaraLangitNews – Tiga hal spontan mencuat ketika nama Ferry Mursyidan Baldan disebut, yaitu HMI, pansus krusial di DPR, dan Chrisye. Ketiga hal ini melengkapi kenangan atas sosok yang tetap hangat dalam senyum dan sapaan, tak peduli seberapa lama jeda waktu sebelum pertemuan kembali.
Ferry, lelaki kelahiran 16 Juni 1961 berpulang, Jumat (2/12/2022). Jenazah mantan menteri di kabinet pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini telah dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta, pada Jumat malam.
Nama Ferry yang adalah alumnus Universitas Padjajaran mencuat di pentas politik nasional sejak terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) periode 1990-1992. Dia memenangi pemilihan dalam Kongres HMI XVIII pada 25 September 1990
Masa kepengurusan Ferry di PB HMI diwarnai kontroversi. Ferry sempat dipecat dari jabatan dan bahkan keanggotaan HMI karena dianggap melanggar anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) organisasi dengan merangkap jabatan struktural di organisasi atau wadah lain.
Pemecatan Ferry diambil dalam Sidang Pleno V PB HMI, setelah dia menjadi anggota Majelis Permusyawarahan Rakyat (MPR) sebagai utusan organisasi pemuda. Namun, pemecatannya itu kemudian dicabut dalam Kongres XIX HMI pada 1992, dengan didahului kontroversi imbauan Majelis Pekerja Kongres (MPK).
Karier politik Ferry terus berlanjut ke pentas yang lebih luas. Melalui Partai Golkar, Ferry kemudian menjadi sosok yang pekat mewarnai periode-periode krusial perpolitikan di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di era reformasi.
Di antara jejak signifikan kiprah Ferry di DPR adalah kepemimpinannya di panitia khusus (pansus) otonomi untuk Aceh dan Papua. Dia juga terlibat dalam penyusunan Paket UU Pemilu pada awal reformasi lalu menjadi Ketua Pansus DPR yang melahirkan UU Pemilu Presiden pada 2008.
Meski demikian, langkah Ferry bersama Partai Golkar tak berlanjut. Ferry kemudian melanjutkan kiprah politiknya lewat Partai Nasional Demokrat (Nasdem).
Lewat Partai Nasdem pula nama Ferry kemudian masuk dalam kabinet pemerintahan, walau kemudian terkena reshuffle pada 2016. Dia menjadi Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) di periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Pecinta Chrisye
Satu sisi lain yang tak kalah pekat melekat pada sosok Ferry adalah kecintaannya pada almarhum Chrisye. Di tengah lika-liku kiprah perpolitikannya, Chrisye adalah penyanyi yang tak tergantikan kehadiran dan karyanya bagi Ferry.
“Chrisye adalah sesuatu untuk saya, segala-galanya,” ungkap Ferry di acara talkshow Rosi di Kompas TV edisi 18 Oktober 2019.
Seturut mangkatnya sang idola pada 2007, Ferry menginisiasi Komunitas Kangen Chrisye (#K2C). Dia pun tak sungkan mengakui bahwa kehadirannya di segala lokasi dan acara yang menyuguhkan musik haruslah menampilkan lagu Chrisye.
Dengan tawa tergelak, Ferry bertutur bahkan ada tempat makan di Bandung, Jawa Barat, yang sudah otomatis menyajikan lagu Chrisye setiap kali dia di sana.
“Lagu baru berganti ketika saya sudah pergi,” ujar dia masih di acara Rosi.
Setiap tahun, K2C pun khusus menggelar peringatan hari kematian Chrisye pada 30 Maret. Sebuah buku yang didedikasikan untuk Chrisye juga mereka lahirkan pada 2012, berjudul Chrisye, Kesan di Mata Media, Sahabat, dan Fans.
Kecintaan Ferry terhadap Chrisye dan karya-karyanya adalah sisi lain dari sosok yang dikenal sebagai politisi senior yang keberadaannya diakui kawan dan lawan. Ungkapan duka dan pelawat yang mengalir datang begitu kabar kepergiannya yang tiba-tiba dan tanpa pertanda cukuplah menjadi bukti atas itu.
Sampai jumpa lagi, Kang Ferry. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Allahummaghfirlahu warhamhu wa afihi wa’fu’anhu.***
Sumber: kompas.com